Tuesday, December 27, 2005

pathetic

You, COWARD!
If you can't pursue for your own happiness,
how can I expect you would make me happy?

You are like a chrysalis, but you refuse to go out from your comfortable nest
and become butterfly.
Why?
Because you just CAN'T take RISK!

you know you're not happy w/ your condition now,
but you don't have guts to change.
Change for you is worse than being unhappy
you are PATHETIC!

Tuesday, November 08, 2005

What disappoints you?

When you get poor grade on a test, that disappoints you
When your friends forgot your birthday, that disappoints you
When your friends can’t come to the agreed gathering because they didn’t get ‘CONFIRMATION’, that disappoints you
(then you start thinking, am I having a friend-gathering or a business meeting? Do friends need to get confirmation to meet now? And who should make the confirmation? You! Yes, You! They don’t bother to contact you to make confirmation; they WAIT for your confirmation.)
In short, when something doesn’t go quite what you expect it to be, that disappoints you.
You’re disappointed because you EXPECT to get good grades, instead you get poor grades.

So how do we not to get disappointed?
First, you should LOWER your expectation. You shouldn’t expect your friend to remember your birthday. They have many other important things to remember. Face it, you are not on the list. Second, you should REDEFINE your values. Your values of friendship, such as :
- stand by me through ups and downs
- take me as I am
don’t go with them. For them, friendship is when you could be at use for them. When you’re not, you have to make confirmation to meet them, on the agreed schedule. Then they will CONSIDER to meet you, provided they don’t have other more ‘important’ or ‘interesting’ things to do. Maybe you’re not interesting. Maybe you’re not important. Maybe you’re not useful. Maybe you’re not…
… needed anymore.
That gives the term “A friend in need is a friend indeed” a whole different meaning!
That’s really disappointing!

Tuesday, October 11, 2005

Kapoposang

PULAU KAPOPOSANG
Surga Kecil di Selatan Sulawesi

Koran Tempo, 2 Oktober 2005
Gradasi laut dengan warna biru-hijau-toska terlihat dari depan rumah panggung. Sambil mengangkat kaki di teras ditemani kwaci dan jus markisa, kami terlena dibelai semilir angin pantai. Santai dan rileks. Suatu kemewahan bagi kaum urban seperti kita. “Serasa Onassis ya kita, serasa pulau milik pribadi”, kata seorang rekan saya. Saya mengiyakan sambil menyapu pandangan ke hamparan pasir putih yang dinaungi deretan pohon cemara dan kelapa yang menyejukkan. Di bibir pantai sebuah perahu cano teronggok menunggu untuk dinaiki. Namun saya belum rela melepaskan leyeh-leyeh di siang hari seperti ini. Nanti saja lah, canoing pas sunset, pikir saya. Mendayung di tengah air laut yang bersemburat kemerahan refleksi jejak sang surya yang terbenam, sambil jadi objek foto siluet fotografer dadakan. Siang itu kami baru saja melepas kepergian rekan-rekan yang pergi menyelam ke salah satu dive point yang biasanya sering terlihat hiu sirip putih atau sirip hitam. Sebagian lagi memilih untuk trolling (memancing dengan cara umpannya ditarik dengan kapal). Kami memilih untuk istirahat menyimpan energi untuk night dive, apalagi malam ini sepertinya masih full moon.

Pulau Kapoposang, terletak 68 km dari kota Makassar, dapat ditempuh sekitar 90 menit dengan boat. Pulau berpenduduk sekitar 600 jiwa itu merupakan pulau paling selatan dari gugusan pulau di Sulawesi Selatan, yang biasa dilalui kapal-kapal dari Kalimantan. Sinyal telepon selular tidak dapat menjangkau pulau ini. Namun untuk urusan emergensi, resor menyediakan telepon satelit. Listrik dan TV sebenarnya sudah masuk, hanya di resor kami sama sekali tidak ada tv. Bahkan listrik baru menyala setelah jam 6 sore dan mati jam 6 pagi. Benar-benar sebuah hideaway place yang sempurna.

Kami tiba di pulau Kapoposang tiga hari yang lalu. Penduduk Kapoposang - yang tinggal di luar kompleks resor - hidup dengan sangat sederhana. Hanya ada satu sekolah dasar di Kapoposang. Sehingga siswa yang mau meneruskan ke SMP harus pergi ke Pangkep atau Makassar. Keadaan sekolah pun sangat sederhana. Hanya ada satu ruang kelas dan tiga orang guru untuk mengajar kelas 1 sampai kelas 6. Para siswa terpaksa masuk sekolah bergantian: pagi untuk kelas 1-3, siang kelas 4-6. Dengan didukung Dana Bantuan Kemanusiaan dari salah satu media, rombongan kami yang dikomandoi kak Nunuk menyalurkan bantuan berupa buku-buku dan perlengkapan sekolah (tas, pulpen, peta dan flip chart) kepada siswa-siswi sekolah dasar. Sambutan yang diberikan para siswa dan penduduk sangat luar biasa, apalagi setelah Kak Nunuk memberikan game-game sederhana tapi seru. Anak-anak pun bergantian menyumbangkan suara untuk menghibur kami. Ruang sekolah yang sempit begitu sesak dipenuhi pengunjung. Ruangan terasa hangat, namun tak seberapa dibandingkan hangatnya hati kami.

Pulau Kapoposan atau Kapoposang karena orang Makassar biasa mengakhiri kata dengan ‘ng’, merupakan obyek diving yang sudah cukup terkenal. Diver-diver dari mancanegara, terutama Jepang tiap musim libur selalu memenuhi satu-satunya resor di pulau ini yang dikelola PT Makassar Tirta Wisata. Mungkin karena namanya yang mirip Jepang (Kapopo-san atau Tuan Kapopo) atau karena salah satu pemilik resor ini kebetulan orang Jepang, yang pasti hidangan di pulau sering kali menyajikan sashimi, dengan ikan yang diambil langsung dari laut oleh para dive guide dari Makassar Diving Center (MDC) dengan spear gun nya. Diver lokal pun banyak yang datang ke pulau ini. Kebanyakan regular visitor, yang sudah berkali-kali datang. Rombongan kami saja selalu menyempatkan tiap tahun datang ke pulau ini karena sudah kepincut dengan keindahan alam dan keakraban dengan para staf dan penduduk setempat..

Dive point di sekitar pulau Kapoposang kebanyakan berupa drop-off atau wall. Agak disayangkan di beberapa bagian wall yang tidak terlalu dalam sudah rusak akibat bom para nelayan. Ironisnya, bom tersebut dilakukan oleh para nelayan yang bukan berasal dari pulau Kapoposang. Penduduk Kapoposang sudah terbiasa untuk menjaga perairan pulau mereka. Mereka bahkan tidak mau melempar jaring di dekat karang karena takut merusak karang. Mereka sadar betul, kalau karang rusak, ikan tidak punya rumah, mereka akan sulit mendapat ikan.

Sedikit kedalam, wall dengan dinding karang dan sea fan serta coral berwarna-warni memanjakan mata. Ikan-ikan karang berbagai bentuk dan warna berseliweran sibuk. Sebagaimana ciri khas daerah wall yang memang disukai ikan-ikan pelagic, dive site di Kapoposang sering dijumpai hiu (black tip, white tip), barracuda, trevally, rainbow runner, dogtooth tuna, sampai grouper. Di beberapa cave sering ditemui penyu, lobster, crab, scorpion fish sampai moray eel. Nudi branch dengan warna-warna mencolok tampak tidak acuh dengan kehadiran para penyelam.

Ada beberapa point yang masing-masing menawarkan keunikan tersendiri, antara lain: Shark Point, Tanjung Point, Marjono Point, Nakano Point, Ian Point, Lagoon Point dan Aquarium. Dua point pertama merupakan favorit para pencinta spear fishing, karena ikan-ikan besar sering berseliweran di sana. Arus di sana memang cukup kuat, kalau tidak hati-hati bisa tersedot down current (arus yang menarik ke bawah). Kalau mau ke point yang tidak terlalu dalam, bisa ke Nakano Point atau Aquarium Point. Disebut aquarium karena point ini memang seperti aquarium, karena wrasse (ikan laut kecil) segala warna asyik berseliweran diantara soft coral dan karang yang juga tak kalah indah dan beraneka warna. Airnya pun bening, sehingga bagi non-diver bisa turut menikmati keindahannya dengan snorkeling atau melihat dari atas cano.

Pada bagian slope, sering ditemui pari dari jenis spotted eagle ray dan sting ray, flounder (ikan sebelah), gerombolan barracuda, stone fish, crocodile fish bahkan garden eel. Sponge, soft coral dan anemone begitu kaya dan berwarna sangat menarik untuk dieksplorasi. Nemo (anemone fish) yang lucu banyak sekali ditemui dengan berbagai warna di kedalaman 3-5 meter, merupakan favorit mainan para diver sambil safety stop sebelum muncul ke permukaan. Foto-foto sambil bercanda dengan ikan, mengumpulkan kulit kerang, bermain dengan christmas tree merupakan kegiatan rutin sebelum naik ke permukaan.

Lebih ke arah selatan , yang ditempuh dalam 90 menit kita dapat menjangkau Takabakang, sebuah atol besar di tengah laut. Selain dive, takabakang menjadi favorit pemancing dan spear fishing. Arus di sana cukup kuat, sehingga disukai ikan-ikan besar. Schooling (gerombolan) tuna, schooling grouper, giant trevally, cod dan lain-lain merupakan sasaran empuk bagi mereka. Ke Takabakang harus dilakukan pagi-pagi, karena kalau kesiangan ombak dan gelombang begitu besar. Perjalanan kami ke Takabakang tempo hari cukup menantang dan merepotkan, dengan ombak yang tinggi dan arus yang kuat, boat kami seperti dimain-mainkan di tengah laut. Perut terasa dikocok-kocok, angin dan percikan air laut terasa dingin menembus wet suit, sehingga karena tak tahan akhirnya saya jack pot (muntah). Sebenarnya rute Takabakang-Kapoposang sering dilalui lumba-lumba dan whale, hanya saja saat itu mungkin kami sedang kurang beruntung

Namun keberuntungan akhirnya berpihak pada kami. Tadi pagi, ketika kami sibuk berfoto mengabadikan terbitnya matahari, kami melihat pilot whale tak jauh dari Kapoposang. Kami ikuti dengan boat. Ada sekitar 3 ekor, dengan panjang 2 meteran. Mereka berputar-putar meliuk-liukan tubuhnya. Sayang mereka tidak mau terlalu dekat boat, padahal hasil fotonya pasti akan sangat luar biasa. Menurut Ian, dive master dari MDC, jarang-jarang pilot whale terlihat di sini. Wuih, kami memang sangat beruntung!

Saya jadi ingat night dive semalam. Dari atas boat yang gelap, bintang-bintang tampak begitu banyak dan gemerlapan di langit, dan ketika tangan kita mengaduk-aduk air laut, tampak kunang-kunang laut berusaha menyaingi sinar bintang. Indahnya! Kami menyelam sekitar 18 meter. Bagi saya, night dive selalu menawarkan sensasi yang beda. Gelapnya keadaan sekeliling yang harus dibantu senter, sejuknya air laut, karang-karang yang seperti bersinar, penyu-penyu yang terbaring malas di dalam gua, ikan kakak tua (scarusa rubroviolaceus) yang terlihat begitu biru dan cantik, sweet lips oriental yang tampak lebih anggun, nudie branch yang lagi mating (kawin), pipe fish dengan warna-warna transparan, shrimp dan crab kecil-kecil berbagai warna yang kami keluarkan dari dalam sponge, ikan buntal yang diusik seorang diver sehingga menjadi bulat berduri tembem lucu, stone fish yang tak bergeming meski sorotan kamera berkali-kali menerpanya, spanish dancer yang meliuk-liukan tubuhnya menggemaskan . . . begitu banyak pengalaman menyenangkan. Tak terasa kami sudah harus naik ke permukaan, udara di tangki sudah menipis, badan mulai terasa dingin. Ketika naik, sambil menungu boat menjemput, terlihat bulan sudah muncul di langit. Begitu bulat dan besar. Membuat malam itu semakin terasa magical. Night dive yang sangat memuaskan.

Lamunan saya terhenti ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari arah pantai. Rupanya rekan-rekan yang diving sudah sampai. Dan mereka begitu gembira dengan tangkapan mereka siang itu. Salah satu dari mereka membawa ikan sunut tikus besar dan grouper kemerahan. Ikan sunut tikus sebesar itu di restoran harganya bisa sejutaan, kata salah satu rekan yang merupakan pemerhati sea food. Wah, pesta sashimi lagi nanti malam! (fitrie/0805)

Ragam
Atol adalah pulau karang berbentuk cincin. Atol terbentuk karena pulau mendapat gerakan ke bawah sehingga kemudian terumbu membentuk terumbu pinggiran kemudian berubah menjadi terumbu penghalang sampai akhirnya terbentuk atol. Takabakang, adalah salah satu atol yang terletak di selat Makassar. Takabakang merupakan favorit pehobi pancing (fishing) dan spear fishing (memburu ikan dengan menggunakan senjata khusus). Pemancing dari Malaysia, Filipina, bahkan Jepang kerap jauh-jauh datang ke Takabakang. (fitrie/0805)

Rute
Menuju Kapoposang dan Takabakang dapat dilakukan melalui dermaga Popsa di Makassar. Dari situ kita harus menyewa speed boat. Dengan kecepatan 25 knot, rute Makassar-Kapoposang atau Makassar-Takabakang dapat ditempuh selama kurang lebih 90 menit. (fitrie/0805)

Friday, October 07, 2005

cheers on a glass of tears

here..here..
for the death of Bali Blast
and many more to come following merciless fuel price

here..here..
for the workers who soon be laid off
and the students who are forced to drop out

here..here..
for our beutiful rich country
which is now sad and dampened with tears

here..here..
cheers on a glass full of tears...

Tuesday, August 09, 2005

Sebuah Tanya


akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku

(kabut tipis pun turun pelan-pelan
di lembah kasih, lembah mendalawangi
kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yang suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap kau
dekaplah lebih mesra, lebih dekat

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara
tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

apakah kau masih akan berkata
kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta

(hari pun menjadi malam
kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kenal berbicara
dalam bahasa yang kita tidak mengerti
seperti kabut pagi itu)

manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru

1 April 1969
Soe Hoek Gie

from CSD, p 214.

Monday, July 25, 2005

Gie : it could have been better

Rabu lalu (20 aug 2005) nonton Gie bareng sarah dan seky.
Film yang udah begitu santer didengung-dengungkan.
Dengan resensi di media yang begitu wah.
Somehow, kok gw ga sependapat ya..

Ceritanya mencoba mengakomodasi sisi patriotis dan romantis-nya Gie.
Tapi dua-duanya ga dapet!

Ada di salah satu scene, Herman sohibnya Gie nanya,
“Sebenernya untuk apa perjuangan kita ini Soe?”

Lah? Perjuangan apa? Dari tadi ga ada digambarkan mereka berjuang gitu loh…
Di saat mahasiswa lain sibuk berorasi dan buat partai, geng-nya Gie asik naik gunung dan nonton film, dan males ngeliat temennya yang jadi aktivis (yg emang digambarkan jadi nyebelin banget) lalu secara kompak keluar dari kerumunan mahasiswa lain yang lagi dengerin orasi.

Katanya Gie berjuang lewat tulisan. Tapi baru di akhir cerita, dimana Gie akhirnya dijauhi semua orang baru keliatan Gie tuh nulis apa aja. Sebelumnya, di masa ‘perjuangan’ itu, ide dan opini Gie ga digambarkan.

Sisi romantis juga ga tajam. Adegan romantis cuma pas lagi sama Ira (Rida RSD) trus nanya,
“kamu rikuh ga kalo berduaan sama saya seperti ini?”

udah.
Adegan dg pacarnya yang lain (Wulan Guritno) ga ada yg romantis. Termasuk adegan Gie dicium Wulan, ga romantis euy.. secara Gie nya dingin dan Wulannya agre gituh…

Mungkin Riri ngira smua orang udah tau siapa Gie. Jadi ga ngrasa penting menghadirkan sosok Gie yg utuh.

Yang lebih bingung lagi, di akhir crita Gie digambarkan sedang amat sangat kecewa lalu jalan seorang diri naik gunung tanpa persiapan, lalu mati di sana. Kesannya cari mati banget. Dan kerdil banget.
Padahal aslinya kan ga gitu.

Tapi setting nya emang keren banget si. Yah cukup dimanjakan lah mata. Trus Niko keren banget mainnya Jalannya aja udah kayak orang cina totok beneran.. kayak ngkoh-ngkoh di kampung naga... hehe...

Ini ada resensi yang gue setuju banget:
http://www.neopictures.com/website/article.php?sid=115

Is he in to me?

Few weeks ago. On the way from yoga class with my thirty flirty and thriving friends...
We had a discussion about (what else?) man.
Oprah's show once invited a man writer. His book is "What He Means". He was a former play boy who finally found his soulmate.
His book is about his adventures and experience with women.

He wrote that men often say something he does not really mean. And women often misinterpret men's words and moves.
A caller from the show asked the author. "He is sweet to me. He sends me messages, says nice things, takes me out, and yet he never proposes to me. Is he in to me?"
He answered: No.

Caller #2 : He is a soccer player. He visited my town once. We had good time, great sex. He said he'd call. He did occasionally. He never visits me again. Is he in to me?
He answered: Definetely Not.

And more other callers. all with the wrong perception about their men.
I, too, start to think that he is not really in to me either...
Well, he calls, sends sms, says nice things, calls me darling/dear/honey, asks me to marry him... but he doesn't visit me (well he's in different town, but still..).

And he's married.

I know.. I'm stupid. I should never get into this from the first place. I keep saying this to myself: I'm not a family breaker. I'm not somebody else's lover.
The thing is, he makes me comfortable.
Oh boy.. why married men are so irresistable?

Anyway, Is he in to me?

inspiring tips

Taken from Paulo Coelho's masterpiece:

when you want something so badly,
the whole universe will conspire to help you...

http://bookreviews.nabou.com/reviews/thealchemist.html

Wednesday, May 04, 2005

great does not mean good. c'mon, really?

In business…
Sometimes we need to know the psychology of the business actor.
Those something you won’t find in school.
It’s something you earn by … uhm… observing.

Couple days ago, we had a presentation about project result to client.
Frankly speaking, it’s a rush job. It’s not a ‘well-furnished’ job.
It’s been delayed too, because of us being unprepared.
Anyway, the presentation went well.
They spotted our mistakes, but well.. that’s fine.
The client even said, “Thank you. It was a great job blah blah blah….”
Everything was fine then.
That, at least, what we thought…

My friend’s husband, however, disagreed that everything was fine.
He said, “She said ‘Great Job’ not ‘Good Job’. It’s not good then.”
What a strange analysis, I thought.
But apparently, he’s right.
The day after, my other friend who works for the client said that she (the client) was not satisfied. She spotted more mistakes after she took a better look of our result.

Well, we work on the revision now.
But, how in the world that my friend’s husband knew that “Great Job” is not “Good Job”?
He said that the project was great but we’re not doing it good.
So it’s not compliment at all.

Boy I still also need to work on my ‘consumer behaviour’ skill.

Thursday, April 07, 2005

not just accessories

Do you feel comfortable,
When in a group of three friends, you talk about something to one of them, while the other one knows nothing about it?
Do you feel comfortable, when that other someone looks mystified, and you don’t even bother to explain or, better yet, to stop that ‘inside’ discussion?

When you want to talk secret, do that privately.
When you don’t want others to know, don’t talk about it.
Heyy, that other person is a PERSON, not just accessories, you know…
Has ears, has eyes, has heart...

courtesy..courtesy…
does anyone know what that means nowadays?

Friday, February 04, 2005

feng shui

I read from an email somewhere, about feng shui.
It’s said that our life and luck in this rooster year can be reflected on Feb 4, 2005.
So, whatever happens on Feb 4, will represent what your life be like the whole year.

Today is Feb 4.

Let’s see what I got so far…

In the morning, I have trouble waking up since I went to bed at 2 o’clock, trying to finish my teaching modul. Deadline.
Does that mean I will often face unmet deadlines this year?

I took ojek to go to the office. The ojek man was very ‘creative’ in avoiding traffic. I went through small kampongs with snake-like streets. I was so sure he was pushing his luck to find ways. Fortunately we did it.
So, this year I would have winding roads to get to my ‘destination’?

At the office, I have so much things to do with limitation of time. So many small matters that can’t be left behind. My ‘leadership’ was tested. I should have been able to delegate some of the load to others. I just couldn’t be stern. I don’t know how, people seem to always find excuses to avoid work. So I end up finishing it all myself.
I would have problems in sharing the workloads. Well, what else is new?

I have a lunch appointment. It’s the project me and my friend is trying to pursue. The team consists of ‘busy individuals’ but still feel optimistic in accomplishing the project.

On my way to the lunch meeting, I accidently met my ex boy friend.
It is the second time since last week. It is weird though, I can't say I like it bumping into my ex like that. Especially since we had unfavorable memory.

So, I guess this is a good sign for my life in 2005?

Friday, January 28, 2005

kok jadi beneran...?

http://www.dejava.com/yogya/images/angkot.jpg/a">

www.dejava.com/yogya/images/angkot.jpg

uhm.. baru kemaren aku posting ttg 'nearly robbed experiences', taunya hari ini aku kecopetan beneran! (be te mode = on).
hari ini, sebelum ke kantor aku ke benhil dulu. sempet mau ke ATM di GKBI, taunya belum buka. nunggu bis AC yang lewat Thamrin, 10 menit ga lewat2. terus nanya ke orang, katanya Metro Mini 604 lewat. Ya udah, gw naik bis itu. Pas naik berasa si ada dua orang di depan yang berdiri, agak mepet ke gue. Jadi ga ngasih gue masuk ke tengah. Pikir gue, ya udah deh, toh deket juga tujuan gue. Terus di halte berikut, ada yang mau turun, dan bangkunya kosong. Pas gue mau duduk, mas yang di sebelah gue, yang dari tadi mepet, kok kayak menghalangi gue duduk, seolah mau nyerobot tempat duduk gue.
dia tanya, "mau turun, mbak?". gue sempet liat mukanya, sambil geleng.
(gue sempet liat mukanya, catet! ga ada tampang copet...)
gue urung untuk duduk, secara dia kayak mau duduk juga, taunya dia ga duduk juga. mbak yang duduk kasih kode ke gue untuk duduk. ya udah gue hempaskan badan biar duduk.
taunya mereka turun di dharmala, kolong bypass yg menuju casablanca.
mbak sebelah gue yang tadi kasih kode langsung bilang ke gue kalo mereka berdua copet. Dia bilang meeka langsung mepetin gue sejak gue naik. Gue berasa si. Tapi gue sempet meng'amankan' tas gue ke depan badan gue. Gue pikir mereka gagal nyopet gue...
tapi gue lirik juga tas gue (yang ritslitingnya masih rapet), HP ternyata masih ada. Fiuuuuhh... lega. Tapi.. eitsss.. paan ni? kok ujung tempat ristliting udah kebuka???
Loh dompet gue raib!! Dompet oleh-oleh dari Belanda, umurnya baru seminggu. uang si ga banyak, kartu2 nih harus gue urus: Credit Card, ATM, SIM, KTP, Membership Card, Discount Card ...
damn!!







Thursday, January 27, 2005

Nearly robbed experiences

Malang melintang di tengah hustle and bustle angkutan umum Jakarta, ternyata banyak juga pengalaman ‘nyaris kecopetan’ gue…

1. di kopaja 66 dari pasar festival menuju blok m
waktu itu abis meeting di daerah kuningan. Bos sekalian nitip tuker uang di money changer. Ya udah ke pasar festival dulu. Pulangnya pikir2 enakan baik bis ke blok m… secara gw jarang minta reimburse taksi, kan lebih irit naik bis…
naiklah gw ke kopaja 66 yang pas banget lagi ngetem. Ada mbak2 di depan, sama bapak2 yang badannya gede, bukannya duduk kok malah berdiri. Padahal ada kursi kosong di depan ga ada yang dudukin. Tau diri, gw juga ga duduk dong di kursi itu. Kursi sengketa ‘kali, pikir gue. Gw mau jalan ke tengah, tapi dihalangin sama bapak2 yg badannya gede itu, juga sama 2 atau 3 laki2 yang duduk di tengah.
Kata bapak2 tadi: Duduk aja mbak, di sini
Mas-mas di tengah: Iya, di depan aja, mbak.
Ternyata gw tuh jadi inceran mereka. Gw sempet ngerasa juga si secara bapak2 itu ngeliatin gue gimannaaaa.. gitu. Sempet kepikir mau turun aja. Tapi kalo mereka ikut turun, badannya gede2 lagi, bisa apa gue kalo diapa-apain di pinggir jalan? Sepi kan. Ya udah, diem aja sambil baca2 (doa pastinya). Ndalalah.. setelah gran melia, kok ujug2 kawanan copet itu turun semua. Ternyata di perempatan depan ada polisi. Setelah mereka turun, baru deh penumpang lain sebis riuh rendah. “Mbak, ga papa kan?” “Mbak tu diincer tadi sama mereka”. “Aduh saya sampe deg-degan.” Blah.. blah..blah…
Selamet lah gue. Kebayang kalo jadi dicopet, gw bakal nombokin uang kantor lumayan banyak ni jreng! Padahal gw naik bis biar irit… selamet… selamet…

2. di cawang abis turun bis P6
Ini lucu banget (‘lucu’ dalam sense yang ‘miris’). Gue kan baru turun bis, mau nyambung naik mikrolet. Ceritanya mau ke rumah temen gw yang di kali malang. Trayeknya dikasi tau temen gue. Gw belom pernah juga ngangkot ke sana. Tapi yah, ternyata jiwa petualang gw besar juga waktu itu. Waktu gw jalan mau ke tempat tunggu mikrolet, kok ya ada tangan rogoh2 tas gue, dibuka aja gitu retsletingnya.. Gue hardik dong, “Heh! Heh! Apaan nih?”
Copetnya cengar-cengir doang ne’. Ga berusaha nutupin muka kek, malu kek, marah kek, ngga! Nyengir, terus ngelenggang aja ninggalin gue. Lebih errornya lagi, pedagang asongan sekitar situ tuh pada ngeliat, tapi bukannya nolongin atau teriakin “copet…copet!”, malah cengar-cengir juga. Copetnya ga dapet apa-apa si. Ga bawa apa-apa juga gue, maklum mahasiswa (uhm, okay, sekarang mahasiswa pada gaya2, tapi waktu itu gw termasuk mahasiswa pas-pasan). Tapi kan tetep aja… be te, berasa diledekin juga ama tu copet. *gw rasa tu copet lagi ‘on the job training’, makanya orang2 pada nyengir semua. Dasar copet amatir!

3. di PPD 213
udah siang, nungguin bis AC ga lewat2. Terus lewat 213. Selama ini gw paling anti naik 213. Selain bisnya jelek, selalu penuh, panas, bau … denger2 di situ emang banyak copet. Tapi karena dah kesiangan, terpaksa naik juga. Ternyata di slipi yang naik segabruk… penuh banget akhirnya. Bumper to bumper. Sweat to sweat (uuuugghhh! blllurrrghhhh!). Di benhil gue mau turun, tapi susah banget mau lewat. Tau-tau ada yang menghardik di deket gue.
“Heh! Ngapain? Kamu copet ya?”, taunya tas gue tuh lagi coba digerayangin ama seseorang.
“Ngga, Pak.” Kata sang copet.
“Hah, pasti kamu copet. Saya perhatikan dari tadi. Itu tangan ngapain di situ?”
“Iya, nih. Dari tadi saya juga liatin. Matanya jelalatan dari tadi.’, sambung seorang mahasiwa.
“Saya ngga ngapa2in kok. Ini ga sengaja. Namanya juga penuh”, kata pencopet.
“Awas kamu!” kata bapak2, yang belakangan gue tau katanya polisi yang nyamar.
Pas gue turun, mahasiswa yang tadi ikut hardik ternyata juga turun. Dari tadi tu dia emang dirinya deket gue, jadi emang saksi kunci kalo gue tu diincer ama si copet.
“Ada yang dapet, Mbak? Coba dicek. Emang dari tadi tu gelagatnya udah aneh.”
Gue sibuk ngoprak2 tas gue sambl ngabsen barang berharga. Henpon? Ada. Dompet? Ada. Itu aja si. Gw ga yakin copet itu tertarik ama lipstick YSL gue, yang sebenernya mahal juga ne’!
“Ga ada kok, mas. Makasi ya!” kata gue. Itu mas mahasiswa dengan tekunnya nungguin sampe gue selesai ngoprak2 tas. Lumayan ganteng lagi (loh?? OOT)
“Untung bapak tadi tu polisi, makanya copetnya takut”
Ooo..
“Ya udah, ati-ati ya, mbak.”
“Makasi banyak, mas.”
terus mahasiswa itupun nyebrang. Anak Atma nih kayaknya. Sayang ga sempet kenalan. (soundtrack: O YA? dari K3S)

4. di angkot B03
yang ini mungkin prasangka gw aja. waktu itu gw baru punya henpon. Mahal buat ukuran gue. Keluaran baru. Tau-tau ada 4 cowok naik. Satu duduk pas sebelah gue, dua duduk di depan gue, satu duduk dekat pintu. Yang di sebelah gue tu pake jaket kulit. Tangannya dia masukin di balik jaket. Langsung dong imajinasi gue jalan… Ada apa ya di balik jaket? Pistol? Clurit? Jarum suntik?
Duh, deg-degan banget. Dalam hati gw baca ayat kursi berulang2. sambil mata gw melirik ngeri ke tangan di balik jaket. Gw kepengen turun aja. Gw mikir2 mau cari tempat turun yang aman. Idealnya kayaknya di mercu, karena pas depan pos satpam. Tapi keburu ga ya gw turun situ? Irama jantung bertempo allegro. Otak gw memaksa hati gw untuk tenang, dengan diiringi doa tentunya. Akhirnya gw bisa turun di mercu. Selamet. Ga jadi ditodong pistol. (padahal kali aja tu mas-mas orang baek2… tapi mbok ya jangan pake jaket kulit terus sembunyiin tangan di balik jaket dong! Iya kan…?)


Lesson learned:

- mending naik taksi daripada naik bis regular. Bukannya borju, tapi daripada bayar murah tapi beresiko kehilangan barang, jatuhnya malah jadi lebih mahal..
- ga usahlah dandan terlalu rapi atau terlalu gaya kalo naek bis. Toh probabilitas ketemu cowo baek dan keren di bus tipis. Jadi mending keliatan sederhana dan ga gaya. (itu repotnya. Paling ga bisa gue mati gaya. Mati kutu boleh deh… asal jangan mati gaya! :p)
- kalo mau naek bis juga, naek aja bis AC. Relative lebih aman. Dan kebanyakan ga himpit2an kayak bis regular. Emang cost nya mungkin lebih tinggi, tapi ‘opportunity cost ‘, ‘quality cost’ dan ‘dangerous level’ nya kan lebih rendah…
- kalo dalam posisi diincer copet, jangan gegabah. Misalnya langsung turun, padahal jalan sepi. Wah cari penyakit namanya. Biarpun orang Jakarta pada cuek, tapi masih mending deh daripada sepi. Kalo tempat rame kan copet biasanya ga mau sampe nyakitin. Ada beban moral juga thd public. Kalo sepi…. hiyyyy… Turun deket pos polisi ato sekolahan yang rame. Kalo tu copet turun juga, itu mah dia yang cari penyakit….
- Kalo ga ada pilihan, ya udahlah kasih aja barang berharga sama copet. Ga usah keras kepala dan sok jagoan. Kalo cuma diancem masi ga papa, tapi kalo dibacok? Diperkosa? Disuntik virus AIDS? (wah ini sih gossip jaman dulu, katanya ada orang iseng yang suka nularin AIDS di bis-bis). Rejeki kan sudah ada jatahnya...

Tuesday, January 11, 2005

the birds with the same feather...

http://www.pmel.noaa.gov/foci/freeman/photo_graphics/pics/mf_3_30_2000/22-birds.jpg">
Girls night out last nite.
It’s the first time we met after several series of failed rendez-vous plan.
Well, we’ve been very busy.

About last night.
We discussed about ‘strategic plan 2005’.
To us, it’s kinda heavy. I mean, we used to chit chat over a plate of siomay, or tiredly sit over a glass of frappucino caramel after sale hunting in metro or sogo, or just wander around mall blabbering about our daily routine. Strategic Plan??
Phewwww!!

About strategic plan.
I said I still have ‘outstanding’ task : having a steady relationship.
It turned out that it’s also ‘outstanding’ task for them.
So our discussion slightly change. About man. Marriage, future, man, man.. and man.
Then we realize, since we’re together in this friendship, we haven’t had one single steady relationship. What happened? Is our togetherness makes us like this? Who brought the bad luck? Is it contagious? blah..blah..blah..
I said that it’s not our togetherness makes us this way. It’s more likely that this situation that bounds us.

We, the silly witty smart-look slightly-independence well-groomed young women, have been in the same boat for couple years.

Like they say..the birds with the same feather flock together.
















Tuesday, January 04, 2005

maze books


It was already midnight. Cinderella stopped dancing and ran abruptly. She left her shoe on the stairs. The prince was stunned. He stood there with his confused-looking eyes.

What would Prince Charming do?

-------------> If the prince ran after Cinderella, go to page 53
-------------> If the prince took the shoe then weep, go to page 68.


Have you read a maze book? It’s the kinda book that gives you choices on what to do next at the end of each scene. One scene leads you to another choices, and one choice put you in a certain scene, and so forth. I read some when I was younger. I remember one of them called “Looking for Atlantis”. I don’t remember if I ever found the Atlantis on that book. I guess I quit before I finish going through all options.

Come to think of it, life is like a maze book. It’s full of choices (only we can’t just quit).
When your alarm beep in the morning, you have choices whether to get up or to reset your alarm 10 more minutes. If you decide to get up, you could choose to take a bath or make yourself a cup of coffee.
One choice leads you to another choices…
Example:
Waiter : Would you like a cup of coffee or tea, ma’am?
Guest : Coffee, please
Waiter : Do you prefer black coffee or white?
Guest : Black, please.
Waiter : Sweetened or Unsweetened?
Guest : Sweetened.
Waiter : One spoon or two spoons?
Guest : (sigh) Two please.
Waiter : Diet sugar or regular sugar?
Guest : GO FIGURE! NOW MY TURN.
WILL YOU SERVE MY COFFEE NOW OR NEVER???

Uhm.. well, you got my point… choices! We always face choices. So when someone say “I have no choice” , that sounds so hyperbolic, don’t you think?

So some people choose to give donation to whoever and whenever in needs, some others choose to give donation to certain community. Some people choose to declare their donation to public, some others prefer stay anonymous.
Let them be. No need to condemn or praise them.
The difference is that, they will face different scene and different options, later on.
Like in the maze book.

page 53
“Cinderella, wait! You left your shoe!”, Prince charming ran after Cinderella.
“Oo my prince! Thank you. My feet hurts and feels so cold. And it’s my precious Manolo Blahnik shoe!! You save my life, my dear Prince!!”, Cinderella exclaimed.
Hugged.
Kissed…
And they live happily ever after….

.


Monday, January 03, 2005

Errrrgggghhh!!

I consider myself quite unorganized, in terms that my closet and my room and my desk are not quite tidy (well.. I believe you, yes you, are the same).
But I do have plan, or target or priority.
Unlike a dear friend of mine…

I really don’t understand the way she thinks regarding her study. I graduated three semesters ago. But she kept postponing doing her thesis and blamed it to her load of works. That, I can understand. But then, during her leave, instead of doing her thesis, she chose to go abroad or play the Sims on her computer. Errgghh!
(I know I’m acting like her mother… Wish I could ground her, that naughty lazy child!)

She’s been having the hard times dealing with the administration in campus because of her tardiness on paying the tuition. By the way, it was I who reminded her about the tuition. It was I who called campus asking about deadline of payment and deadline of thesis. She was just so ignorance. Errrggghhh!

She was supposed to finish her thesis end of October. Otherwise she would have to drop out. I urged her to meet her professor and Mbak Nunuk, our dear friend who is very clever in research metodology. I even did her questionnaire. Thank God the submission of thesis has been delayed. But that made her slower her paced too. Errrrgggghhhh!
(Do you think I worry too much?)

So she finally submitted her thesis on twenty something December, but it was not quite completed. The statistic part, the scariest and the most easy-to-detect-mistakes part, was not completed. She promised to finish it, and study about it. And she was scheduled to present her thesis on January 6th.
I offered to help her get prepared on New Year’s holiday.
But she asked me to go to Peabo Bryson concert instead. Errrrgggghhhhh!!

Then she SMS me to accompany her to go to Mbak Nunuk regarding her statistics. I agreed. But the day I was supposed to accompany her, she sms me again, informing that she couldn’t go because her relatives wanted to introduce her to someone.
Errrrggghhhhhhhh!!!

She just could not set her priority.D’oh…