Tuesday, October 11, 2005

Kapoposang

PULAU KAPOPOSANG
Surga Kecil di Selatan Sulawesi

Koran Tempo, 2 Oktober 2005
Gradasi laut dengan warna biru-hijau-toska terlihat dari depan rumah panggung. Sambil mengangkat kaki di teras ditemani kwaci dan jus markisa, kami terlena dibelai semilir angin pantai. Santai dan rileks. Suatu kemewahan bagi kaum urban seperti kita. “Serasa Onassis ya kita, serasa pulau milik pribadi”, kata seorang rekan saya. Saya mengiyakan sambil menyapu pandangan ke hamparan pasir putih yang dinaungi deretan pohon cemara dan kelapa yang menyejukkan. Di bibir pantai sebuah perahu cano teronggok menunggu untuk dinaiki. Namun saya belum rela melepaskan leyeh-leyeh di siang hari seperti ini. Nanti saja lah, canoing pas sunset, pikir saya. Mendayung di tengah air laut yang bersemburat kemerahan refleksi jejak sang surya yang terbenam, sambil jadi objek foto siluet fotografer dadakan. Siang itu kami baru saja melepas kepergian rekan-rekan yang pergi menyelam ke salah satu dive point yang biasanya sering terlihat hiu sirip putih atau sirip hitam. Sebagian lagi memilih untuk trolling (memancing dengan cara umpannya ditarik dengan kapal). Kami memilih untuk istirahat menyimpan energi untuk night dive, apalagi malam ini sepertinya masih full moon.

Pulau Kapoposang, terletak 68 km dari kota Makassar, dapat ditempuh sekitar 90 menit dengan boat. Pulau berpenduduk sekitar 600 jiwa itu merupakan pulau paling selatan dari gugusan pulau di Sulawesi Selatan, yang biasa dilalui kapal-kapal dari Kalimantan. Sinyal telepon selular tidak dapat menjangkau pulau ini. Namun untuk urusan emergensi, resor menyediakan telepon satelit. Listrik dan TV sebenarnya sudah masuk, hanya di resor kami sama sekali tidak ada tv. Bahkan listrik baru menyala setelah jam 6 sore dan mati jam 6 pagi. Benar-benar sebuah hideaway place yang sempurna.

Kami tiba di pulau Kapoposang tiga hari yang lalu. Penduduk Kapoposang - yang tinggal di luar kompleks resor - hidup dengan sangat sederhana. Hanya ada satu sekolah dasar di Kapoposang. Sehingga siswa yang mau meneruskan ke SMP harus pergi ke Pangkep atau Makassar. Keadaan sekolah pun sangat sederhana. Hanya ada satu ruang kelas dan tiga orang guru untuk mengajar kelas 1 sampai kelas 6. Para siswa terpaksa masuk sekolah bergantian: pagi untuk kelas 1-3, siang kelas 4-6. Dengan didukung Dana Bantuan Kemanusiaan dari salah satu media, rombongan kami yang dikomandoi kak Nunuk menyalurkan bantuan berupa buku-buku dan perlengkapan sekolah (tas, pulpen, peta dan flip chart) kepada siswa-siswi sekolah dasar. Sambutan yang diberikan para siswa dan penduduk sangat luar biasa, apalagi setelah Kak Nunuk memberikan game-game sederhana tapi seru. Anak-anak pun bergantian menyumbangkan suara untuk menghibur kami. Ruang sekolah yang sempit begitu sesak dipenuhi pengunjung. Ruangan terasa hangat, namun tak seberapa dibandingkan hangatnya hati kami.

Pulau Kapoposan atau Kapoposang karena orang Makassar biasa mengakhiri kata dengan ‘ng’, merupakan obyek diving yang sudah cukup terkenal. Diver-diver dari mancanegara, terutama Jepang tiap musim libur selalu memenuhi satu-satunya resor di pulau ini yang dikelola PT Makassar Tirta Wisata. Mungkin karena namanya yang mirip Jepang (Kapopo-san atau Tuan Kapopo) atau karena salah satu pemilik resor ini kebetulan orang Jepang, yang pasti hidangan di pulau sering kali menyajikan sashimi, dengan ikan yang diambil langsung dari laut oleh para dive guide dari Makassar Diving Center (MDC) dengan spear gun nya. Diver lokal pun banyak yang datang ke pulau ini. Kebanyakan regular visitor, yang sudah berkali-kali datang. Rombongan kami saja selalu menyempatkan tiap tahun datang ke pulau ini karena sudah kepincut dengan keindahan alam dan keakraban dengan para staf dan penduduk setempat..

Dive point di sekitar pulau Kapoposang kebanyakan berupa drop-off atau wall. Agak disayangkan di beberapa bagian wall yang tidak terlalu dalam sudah rusak akibat bom para nelayan. Ironisnya, bom tersebut dilakukan oleh para nelayan yang bukan berasal dari pulau Kapoposang. Penduduk Kapoposang sudah terbiasa untuk menjaga perairan pulau mereka. Mereka bahkan tidak mau melempar jaring di dekat karang karena takut merusak karang. Mereka sadar betul, kalau karang rusak, ikan tidak punya rumah, mereka akan sulit mendapat ikan.

Sedikit kedalam, wall dengan dinding karang dan sea fan serta coral berwarna-warni memanjakan mata. Ikan-ikan karang berbagai bentuk dan warna berseliweran sibuk. Sebagaimana ciri khas daerah wall yang memang disukai ikan-ikan pelagic, dive site di Kapoposang sering dijumpai hiu (black tip, white tip), barracuda, trevally, rainbow runner, dogtooth tuna, sampai grouper. Di beberapa cave sering ditemui penyu, lobster, crab, scorpion fish sampai moray eel. Nudi branch dengan warna-warna mencolok tampak tidak acuh dengan kehadiran para penyelam.

Ada beberapa point yang masing-masing menawarkan keunikan tersendiri, antara lain: Shark Point, Tanjung Point, Marjono Point, Nakano Point, Ian Point, Lagoon Point dan Aquarium. Dua point pertama merupakan favorit para pencinta spear fishing, karena ikan-ikan besar sering berseliweran di sana. Arus di sana memang cukup kuat, kalau tidak hati-hati bisa tersedot down current (arus yang menarik ke bawah). Kalau mau ke point yang tidak terlalu dalam, bisa ke Nakano Point atau Aquarium Point. Disebut aquarium karena point ini memang seperti aquarium, karena wrasse (ikan laut kecil) segala warna asyik berseliweran diantara soft coral dan karang yang juga tak kalah indah dan beraneka warna. Airnya pun bening, sehingga bagi non-diver bisa turut menikmati keindahannya dengan snorkeling atau melihat dari atas cano.

Pada bagian slope, sering ditemui pari dari jenis spotted eagle ray dan sting ray, flounder (ikan sebelah), gerombolan barracuda, stone fish, crocodile fish bahkan garden eel. Sponge, soft coral dan anemone begitu kaya dan berwarna sangat menarik untuk dieksplorasi. Nemo (anemone fish) yang lucu banyak sekali ditemui dengan berbagai warna di kedalaman 3-5 meter, merupakan favorit mainan para diver sambil safety stop sebelum muncul ke permukaan. Foto-foto sambil bercanda dengan ikan, mengumpulkan kulit kerang, bermain dengan christmas tree merupakan kegiatan rutin sebelum naik ke permukaan.

Lebih ke arah selatan , yang ditempuh dalam 90 menit kita dapat menjangkau Takabakang, sebuah atol besar di tengah laut. Selain dive, takabakang menjadi favorit pemancing dan spear fishing. Arus di sana cukup kuat, sehingga disukai ikan-ikan besar. Schooling (gerombolan) tuna, schooling grouper, giant trevally, cod dan lain-lain merupakan sasaran empuk bagi mereka. Ke Takabakang harus dilakukan pagi-pagi, karena kalau kesiangan ombak dan gelombang begitu besar. Perjalanan kami ke Takabakang tempo hari cukup menantang dan merepotkan, dengan ombak yang tinggi dan arus yang kuat, boat kami seperti dimain-mainkan di tengah laut. Perut terasa dikocok-kocok, angin dan percikan air laut terasa dingin menembus wet suit, sehingga karena tak tahan akhirnya saya jack pot (muntah). Sebenarnya rute Takabakang-Kapoposang sering dilalui lumba-lumba dan whale, hanya saja saat itu mungkin kami sedang kurang beruntung

Namun keberuntungan akhirnya berpihak pada kami. Tadi pagi, ketika kami sibuk berfoto mengabadikan terbitnya matahari, kami melihat pilot whale tak jauh dari Kapoposang. Kami ikuti dengan boat. Ada sekitar 3 ekor, dengan panjang 2 meteran. Mereka berputar-putar meliuk-liukan tubuhnya. Sayang mereka tidak mau terlalu dekat boat, padahal hasil fotonya pasti akan sangat luar biasa. Menurut Ian, dive master dari MDC, jarang-jarang pilot whale terlihat di sini. Wuih, kami memang sangat beruntung!

Saya jadi ingat night dive semalam. Dari atas boat yang gelap, bintang-bintang tampak begitu banyak dan gemerlapan di langit, dan ketika tangan kita mengaduk-aduk air laut, tampak kunang-kunang laut berusaha menyaingi sinar bintang. Indahnya! Kami menyelam sekitar 18 meter. Bagi saya, night dive selalu menawarkan sensasi yang beda. Gelapnya keadaan sekeliling yang harus dibantu senter, sejuknya air laut, karang-karang yang seperti bersinar, penyu-penyu yang terbaring malas di dalam gua, ikan kakak tua (scarusa rubroviolaceus) yang terlihat begitu biru dan cantik, sweet lips oriental yang tampak lebih anggun, nudie branch yang lagi mating (kawin), pipe fish dengan warna-warna transparan, shrimp dan crab kecil-kecil berbagai warna yang kami keluarkan dari dalam sponge, ikan buntal yang diusik seorang diver sehingga menjadi bulat berduri tembem lucu, stone fish yang tak bergeming meski sorotan kamera berkali-kali menerpanya, spanish dancer yang meliuk-liukan tubuhnya menggemaskan . . . begitu banyak pengalaman menyenangkan. Tak terasa kami sudah harus naik ke permukaan, udara di tangki sudah menipis, badan mulai terasa dingin. Ketika naik, sambil menungu boat menjemput, terlihat bulan sudah muncul di langit. Begitu bulat dan besar. Membuat malam itu semakin terasa magical. Night dive yang sangat memuaskan.

Lamunan saya terhenti ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari arah pantai. Rupanya rekan-rekan yang diving sudah sampai. Dan mereka begitu gembira dengan tangkapan mereka siang itu. Salah satu dari mereka membawa ikan sunut tikus besar dan grouper kemerahan. Ikan sunut tikus sebesar itu di restoran harganya bisa sejutaan, kata salah satu rekan yang merupakan pemerhati sea food. Wah, pesta sashimi lagi nanti malam! (fitrie/0805)

Ragam
Atol adalah pulau karang berbentuk cincin. Atol terbentuk karena pulau mendapat gerakan ke bawah sehingga kemudian terumbu membentuk terumbu pinggiran kemudian berubah menjadi terumbu penghalang sampai akhirnya terbentuk atol. Takabakang, adalah salah satu atol yang terletak di selat Makassar. Takabakang merupakan favorit pehobi pancing (fishing) dan spear fishing (memburu ikan dengan menggunakan senjata khusus). Pemancing dari Malaysia, Filipina, bahkan Jepang kerap jauh-jauh datang ke Takabakang. (fitrie/0805)

Rute
Menuju Kapoposang dan Takabakang dapat dilakukan melalui dermaga Popsa di Makassar. Dari situ kita harus menyewa speed boat. Dengan kecepatan 25 knot, rute Makassar-Kapoposang atau Makassar-Takabakang dapat ditempuh selama kurang lebih 90 menit. (fitrie/0805)

2 comments:

Anonymous said...

Hi Fitrie,

Saya dari malaysia amat berminat untuk menyelam di Kapoposang. Boleh kah saya mendapat alamat atau contact nombor dive centre. terima kasih.

Lyla

nur_layla7@yahoo.com.my

Anonymous said...

Wuah Fitrie... Lengkap infonya Kapoposang. Terima kasih!

Saya memang sedang cari2 daerah liburan yang ada pantai tapi bukan Bali. Pikir2 mungkin ke Bira, tapi barangkali ke Kapoposang saja ah.

Mel