Saturday, March 11, 2006

Norwegian Wood


“Ingatan merupakan sesuatu yang aneh. Ketika benar-benar ada di sana, aku hampir tidak memperhatikan pemandangan itu. Namun sekarang.. karena begitu jelasnya, seakan-akan aku bisa meraba semua itu satu per satu.. “

Sewaktu remaja, Toru Watanabe memiliki seorang sahabat bernama Kizuki. Kizuki mempunyai kekasih – yang juga temannya sejak usia 3 tahun-, Naoko. Mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama, Namun saat itu Watanabe-san tidak banyak mengobrol dengan Naoko, Kizuki selalu jadi penengah. Ia seorang yang baik, ramah dan pandai beradaptasi. Suatu hari, di usianya yang ke 17, Kizuki ditemukan tewas bunuh diri di dalam mobil. Tak ada yang tahu motif kematian Kizuki. Sebagai orang yang terakhir bersama Kizuki, ia sempat diinterogasi untuk mengetahui motif kematian Kizuki. Kematian Kizuki begitu membekas bagi Watanabe. Dia memutuskan untuk meneruskan kuliah ke Tokyo, ke tempat dimana tidak ada orang yang mengenalnya.

Suatu hari, secara kebetulan Watanabe bertemu dengan Naoko. Naoko yang dalam pandangan Watanabe telah banyak berubah, lebih kurus tapi cantik dan anggun. Mereka jadi sering bertemu, tapi masih sedikit obrolan diantara mereka. Naoko mempunyai kesulitan dalam merangkai kata. Sepertinya begitu banyak yang dipikirkannya. Topik mengenai Kizuki seperti suatu hal yang tabu dibicarakan. Mereka hanya berjalan-jalan, minum kopi lalu pulang. Namun kebersamaan itu menjadi kebiasaan tiap minggu. Mereka menjadi dekat. Pada ulang tahun Naoko yang ke dua puluh, mereka merayakannya berdua di apartemen Naoko, minum Sake dan melakukan hubungan seks - hal yang pertama kali dilakukan Naoko. Ketika ditanya kenapa tidak pernah melakukannya dengan Kizuki, Naoko menangis dan tak mau lagi berkata-kata. Kemudian Naoko menghilang.

Watanabe bingung dengan perginya Naoko. Ia sudah sangat terbiasa dengan keberadaan Naoko. Dia coba surati Naoko ke kampung halamannya, namun berkali-kali tak pernah dibalas. Sambil terus menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa, Watanabe terus bertanya-tanya tentang Naoko. Dia juga merasa bersalah.

Sebagai mahasiswa dari keluarga yang tidak terlalu kaya, Watanabe tinggal di asrama. Di sana dia banyak bertemu dengan orang-orang yang aneh, ada si Kopasgat, teman sekamarnya yang gila disiplin dan kebersihan; Nagasawa yang pintar, cerdas, kaya dan gila perempuan; bahkan Bapak asrama yang tiap pagi dan sore selalu melakukan upacara bendera. Tentang kehidupan di asrama disajikan penulis dengan segar dan khas kehidupan dalam asrama pria: kamar yang jorok dan bau, poster-poster wanita telanjang dan kebiasaan masturbasi.

Dalam salah satu perkuliahan dia bertemu seorang gadis bernama Midori, seorang gadis yang juga aneh dalam pandangan Watanabe. Midori tidak seperti gadis kebanyakan: rambutnya pendek seperti laki-laki, berbicara dengan blak-blakkan, bahkan untuk hal jorok sekalipun, menghisap Marlboro, bermain gitar ketika tetangganya mengalami kebakaran. Namun dari ceritanya Watanabe menankkap betapa hidup Midori begitu berat, walaupun Midori selalu tampak ceria. Diam-diam dia mulai menyukai gadis badung itu.

Suatu ketika datang surat dari Naoko. Ternyata dia sedang mengalami perawatan atas semacam gangguan jiwa. Dia berada jauh di balik gunung, di suatu tempat rehabilitasi. Naoko mengundang Watanabe untuk mengunjunginya. Tawaran itu diterima oleh Watanabe, dia menempuh perjalanan jauh ke Kyoto untuk menemui Naoko. Di tempat yang indah tapi terpencil itu, orang-orang saling membantu, memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan menyibukkan diri dengan bekerja. Semacam koloni yang terpisah dari dunia luar. Naoko terlihat sehat, namun rapuh. Namun tetap ada yang aneh dari Naoko. Kamatian kakaknya dengan gantung diri, lalu kekasihnya Kizuki yang bunuh diri, membuat jiwa Naoko begitu terguncang. Reiko-san teman sekamar sekaligus penasehat Naoko yang jago bermain gitar, menasehati Watanabe untuk membantu Naoko. Bertiga mereka menghabiskan waktu di pondokan kecil, berjalan-jalan, mengobrol, bermain gitar. Norwegian Wood merupakan lagu yang paling sering dimainkan Reiko-san.

Kehidupan Watanabe berjalan apa adanya: mengikuti kuliah, ke bar dan mencari perempuan dengan Nagasawa-san, jalan-jalan dan mengobrol dengan Midori yang badung, menulis surat kepada Naoko, bekerja paruh waktu, membaca. Sampai ketika ulangtahunnya yang keduapuluh, Watanabe bertekad menjadi dewasa. Ia mempersiapkan masa depannya untuk hidup bersama Naoko. Menemani dan menjaga Naoko seumur hidupnya. Memperbaiki rumah, membuat meja, merapikan halaman, agar ketika Naoko datang semua sudah siap.

Mimpi Watanabe tiba-tiba hilang ketika Naoko memutuskan menggantung diri di dalam hutan yang gelap. Naoko ternyata tak pernah mencintainya, bahkan memilih untuk bersama Kizuki. Dalam kegalauannya dia melakukan perjalanan, luntang-lantung seperti gelandangan, melarikan diri dari kehidupannya.