Tuesday, May 25, 2004

PR (baca: pi ar) sukarela

Belum hilang benar kata-kata sakti Dian Sastro dlm salah satu iklannya “Ya siiih…”, udah makin banyak kosa kata dari iklan yang dijadikan bahasa gaul shari2.

Aku inget waktu minggu lalu ngajar. Aku buat semacam pop quiz gitu deeeh. Waktu aku minta salah seorang untuk menjelaskan tentang teknologi “wireless” (aku udah tulis di slide keunggulan dan kelemahannya), dan kebetulan dia bisa jawab dengan lumayan lancar. Iseng-iseng aku bilang, “Oke, sampai ketemu di Jakarta.” Spontan seluruh kelas ketawa. Mereka langsung ngenalin cuplikan kata-kata yang sering dikatakan juri “Indonesian Idol” yang ratingnya lagi lumayan naik di Indonesia. Dan ternyata, kata-kata yang aku ‘jiplak’ itu menjadi pemicu buat mereka untuk ‘meneruskan’ lawakan. Ketika mahasiswa berikutnya aku tes, dan jawabannya ga begitu memuaskan, salah satu temannya ada yang nyeletuk “eS Te De. Standard” seperti yang sering dicetuskan Muthia Kasim, salah satu juri Indonesian Idol. Waktu aku senyum-senyum, trus ngomong, “Gimana menurut yang lain?”. Salah satu siswa perempuan dengan manis menjawab, “Terserah Indra deeeh”, masih menjiplak juri Indonesian Idol, Titi DJ.

Moral of the story?
Dari segi marketing, pastinya si copy writer dah berhasil membuat kata-kata yang tertanam di benak konsumen. Cuma… kayaknya kita ga sadar bahwa kita udah ‘kemakan’ oleh para marketer yang telah menggempur kita dengan iklan-iklan/strategi marketing yang gencar itu. Kalo dari tahap pengambilan keputusan konsumen (yang AIDA itu, Awareness, Interest, Desire, Action) berarti si produk paling ngga udah mencapai ‘awareness’ bagi kita. Kata-kata itu, idealnya juga akan terasosiasi dengan produk yang menempel. Itu idealnya. Tapi nyatanya, banyak kok yang ga inget kata-kata “Tommy ga gitu deehh..” yang sering dijadikan olok-olok pada orang yang lagi asik cerita, berasal dari iklan apa. Oke, mungkin ada yang inget itu iklan shampoo. Coba tanya 10 orang, brp yang bisa nyebutin merk shampoo tersebut?

Ya… kita sering aja secara sadar men’quot’ iklan untuk bahasa gaul. Dan bagi yang kebetulan ga nyambung, bisa langsung di cap “kuper”. Padahal kan BC (belum cencuu), toh ‘quots’ tersebut sering cuma dijadiin bahan olok-olok.

Jadi… dengan sering men’quot’ tagline ato cuplikan-cuplikan iklan, brarti kan kita dah jadi pi ar nya produk itu. sukarela lagi, kerja sosial hehe...

No comments: